Semangat Hidup Warga Sindet
“Kami masih punya semangat untuk bangkit, untuk hidup”. Itulah kalimat yang pertama kali diucapkan Sugito, warga Dusun Sindet, Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul ketika ditanya SaksiGempa Rabu (20/9), tentang alasannya menggali pasir. Sugito dan warga Sindet yang lain mempunyai aktifitas baru setelah terjadi gempa bumi 27 Mei lalu: menggali pasir untuk membangun rumah. Goncangan gempa 5,9 SR telah menghancurkan rumah mereka. Dari 300 rumah di Dusun Sindet, hanya 5 yang utuh tersisa.
Ada 30 lebih warga Sindet, terutama bapak-bapak dan para pemuda, hingga saat ini menggali pasir di Sungai Opak yang melintasi Dusun Sindet. Mereka menggali pasir bukan untuk dijual, melainkan dikumpulkan untuk membangun rumah mereka masing-masing.
Warga Sindet mulai menggali pasir sejak 2 minggu setelah gempa. Mereka bekerja secara bergantian. Warga yang bekerja pada siang hari akan menggali pasir pada malam hari, begitu sebaliknya.
Area sungai yang digali hanya yang berada di Dusun Sindet saja. Warga Sindet membagi tugas untuk mendapatkan pasir. Ada yang bertugas menggali pasir di sungai, yang lain mengangkutnya dengan ember menuju ke atas, ke rumahnya masing-masing.
“Daripada nunggu bantuan dana dari pemerintah yang ditunda-tunda terus, kami nyicil pasirnya dulu”, tutur Sugito. Pada masa rehab-rekon saat ini, warga Sindet belum pernah mendapatkan bantuan apa pun untuk merekonstruksi rumah mereka yang hancur. Baik itu bantuan berupa bahan bangunan maupun alat-alat pertukangan, apalagi dana. Padahal Dusun Sindet termasuk daerah yang parah kerusakannya.
Harga pasir yang mahal membuat warga Sindet mengurungkan niatnya untuk membeli. “Mau beli nggak cukup uangnya. Satu ritnya saja sudah 250ribu. Belum beli semen, besi, dan lainnya. Ada gempa semuanya malah jadi mahal”, tambah Sugito.
Sebagian besar warga Sindet hingga sekarang masih bertempat tinggal di bawah tenda. “Kami nggak ngarep-arep (mengharapkan-red) bantuan, tapi kalau ada ya kami syukuri. Alhamdulillah kami masih punya semangat hidup. Kami cari pasir ini keinginan kami sendiri. Kasihan anak-anak kalau terus-terusan di tenda,” kata Tukirno, warga Sindet lainnya yang juga sedang menggali pasir.
Warga Sindet saat ini mulai membangun tempat tinggal sementara dengan usaha sendiri. Tempat tinggal sementara yang mereka bangun masih sangat sederhana, hanya berdinding bambu, beratap deklit dan menggunakan usuk bekas bangunan yang roboh. Untungnya, sebagian besar warga Sindet berprofesi sebagai tukang bangunan, sehingga untuk membangun rumah mereka sendiri bukan perkara sulit.
Akan tetapi, untuk membuat bangunan tempat tinggal permanen warga Sindet masih belum mempunyai cukup dana. “Kalau dana dari pemerintah benar-benar turun, syukur. Seandainya dulu pemerintah nggak janji muluk-muluk, nggak ada ribut sana sini. Langsung saja bantu, seadanya malah diterima”, ucap Tukirno bersemangat.
berita diatas saya cuplik dari
http://saksigempa.org/?lang=id&rid=8&id=127
belajar dapat menyebab kan pinter,dan tidak merugikan orang lain, pemerintah dan mencegah pembodohan Global
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar